Selasa, 07 Mei 2013

Memory (bag 1)



Seorang perempuan berusia sekitar 23 tahun duduk di kursi roda, disampingnya seorang suster sedang memeriksa dengan sebuah termometer.

“sampai jam berapa saya harus menunggu kak Rio, suster?”
“adek tenang dulu, mungkin sebentar lagi dokter Rio sudah selesai mengoperasi, sebentar lagi dia juga kan datang kesini…”
“makasih ya suster, Lala akan nunggu disini…”

Suster Sinta keluar dari kamar perempuan tersebut. Di depan kamar, ia berpapasan dengan seorang dokter muda yang usianya masih sekitar 23 tahun.

“bagaimana keadaan dia sin?”
“dia masih saja menanyakan dokter Rio. Dia bahkan tidak sedikitpun menyebut nama kamu… maafkan saya Deka, kelihatannya untuk saat ini dia masih belum mengingat kamu samasekali. Saya tidak bisa memaksa dia karena demi kesehatan psikologinya dia…”
“aku ngerti sin… aku akan sabar menunggu sampai dia mengingatku… mungkin sekarang waktunya aku harus menjaganya dan tabah untuknya…”


Sinta tidak berkata apapun, ia hanya mengelus pundak kiri Deka lalu meninggalkan Deka yang masih berdiri di depan kamar pasien yang bernama Lala. Tiba-tiba Deka tersadar dari lamunannya karena mendapat sebuah sms dari seseorang.

“papa, jemput aku…”

Deka tersenyum sebentar pada Lala yang tidak menyadari bahwa ia sedang diawasi oleh Deka. Lalu Deka pergi menuju tempat seseorang yang mengirim sms tersebut. Saat Deka pergi menuju tempat parkir mobil, ia sempat berpapasan dengan dokter Rio. Kedua pria itu sempat menghentikan langkah sejenak dan saling bertatapan. Seperti ada serangan listrik yang keluar dari mata mereka. Rio yang usianya lebih tua justru lebih dulu melemahkan pandangannya, ia tersenyum pada Deka lalu pergi begitu saja meninggalkan Deka yang masih berdiri di tempatnya.

Rio berjalan menuju kamar pasien, yaitu kamar Lala. Betapa girangnya Lala melihat pria yang ia sukai tersebut datang menghampirinya dengan membawakan sebuah gelang tali yang dirangkai sendiri oleh Rio. Lala yang bahagia menerima hadiah dari Rio langsung memeluk Rio. Mereka tampak sangat bahagia.

Lala dan Rio benar-benar menikmati masa yang pernah hilang sejak mereka mulai mengenal satu sama lain. Saat itu Lala berumur delapan tahun, sedangkan Rio juga masih sebelas tahun. Keduanya bertemu saat orang tua mereka melakukan reuni SMA. Setelah pertemuan itu mereka menjadi sering bertemu karena orang tua mereka pun juga memulai bisnis bersama. Orang tua Rio harus pindah ke Filipina karena ayah Rio dilantik menjadi duta besar dari Indonesia yang ditempatkan di Filipina. Rio terpaksa meninggalkan sekolahnya, teman-temannya, dan juga sahabat masa kecilnya, Lala.

Sejak satu tahun yang lalu Rio kembali ke Indonesia karena ia sengaja datang untuk Lala dan berusaha memperbaiki hubungannya kembali dengan Lala. Meskipun sudah lebih dari lima belas tahun yang lalu, perasaan Rio terhadap Lala tidak berubah. Apapun yang terjadi meski Lala dalam keadaan seperti sekarang ini. Rio akan terus mendampingi Lala sampai Lala bisa mendapatkan kehidupannya kembali.

Deka kini sedang duduk bersama seseorang yang tadi mengiriminya sms, dan ternyata adalah seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun bernama Alfa. Anak itu memanggil Deka dengan sebutan “Papa”. Alfa memang anak laki-laki semata wayang Deka. Mereka berdua sangat dekat terlebih sejak istri Deka mengalami sakit, Deka harus berusaha untuk menjadi orang tua tunggal bagi Alfa.

Deka dan Alfa sedang menuju ke suatu tempat, rupanya mereka ditunggu oleh seseorang. Setelah sampai di sebuah restoran, Alfa sepertinya tidak mau turun dari mobil. Deka mencoba membujuk putranya agar mau turun.

“hitung sampai lima puluh jari, papa pasti akan menepati janji…” bujuk Deka.

Alfa mengangguk sebagai tanda setuju. Mereka berdua turun dari mobil dan menemui seorang wanita yang sejak tadi menunggu. Wanita berkulit putih dengan tubuh kira-kira setinggi 160 cm dan terlihat sangat berisi tersebut, berdiri dan tersenyum melihat Alfa. Melihat wajah ceria dari wanita tersebut malah membuat Alfa memalingkan wajahnya. Namun wanita itu tetap tersenyum pada Alfa.

“Alfa mau makan es krim? Tante pesankan ya? Mau coklat apa stroberi?”
“ada yang harus kami bicarakan dengan kamu, Gina…” Deka mengalihkan pembicaraan.

Deka memulai pembicaraan dengan posisi masih berdiri menggandeng tangan Alfa. Gina terdiam sejenak dan mulai mengecutkan senyum yang sejak tadi melebar. Dia mulai berfirasat bahwa apa yang akan Deka bicarakan kelihatannya sangat tidak baik baginya.

“biarkan Alfa makan es krim dulu, yuk tante pesankan… mbak, bisa minta satu gelas eskrim coklat?” bujuk Gina
“aku gak suka coklat tante…” Alfa menjawab dengan polos.
“oh, maaf mbak kalo gitu ganti es krim stroberi ya...” Gina tanpa menoleh pada Alfa.
“aku juga gak suka strobe, tante.” Ucap Alfa yang kali ini lebih lantang.

Meski Alfa mengucapkan dengan sngat sinis, Gina masih tetap bersikeras untuk terlihat sabar dan lembut terhadap Alfa. Deka hanya diam melihat Gina yang salah tingkah menghadapi Alfa. Tampaknya sudah tidak ada lagi cinta yang tumbuh di hati Deka untuk Gina. Rasa bersalahnya terhadap istrinya yang saat ini sedang berjuang melawan rasa sakit telah membuat pria tampan itu menutup hatinya untuk Gina dan menguncinya bersama cinta yang hanya ia berikan untuk Alfa dan Lala.

Gina duduk lebih dulu dengan lemas tanpa menunggu Deka dan Alfa yang masih berdiri tegak didepannya. Mata Gina mulai berkaca-kaca dan terlihat bahwa ia tidak kuat lagi menahan rasa sakit hatinya. Ia teringat kembali ucapan Deka yang sejak beberapa hari yang lalu menginginkan berpisah dan meninggalkannya. Gina memalingkan wajahnya karena ia tidak ingn kesedihannya dilihat oleh Alfa.

bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar

tinggalkan komentar anda disini...