Seorang perempuan berusia sekitar 23 tahun duduk di kursi roda, disampingnya seorang suster sedang memeriksa dengan sebuah termometer.
“sampai jam berapa saya harus menunggu kak Rio, suster?”
“sampai jam berapa saya harus menunggu kak Rio, suster?”
“adek
tenang dulu, mungkin sebentar lagi dokter Rio sudah selesai mengoperasi,
sebentar lagi dia juga kan datang kesini…”
“makasih
ya suster, Lala akan nunggu disini…”
Suster
Sinta keluar dari kamar perempuan tersebut. Di depan kamar, ia berpapasan
dengan seorang dokter muda yang usianya masih sekitar 23 tahun.
“bagaimana
keadaan dia sin?”
“dia
masih saja menanyakan dokter Rio. Dia bahkan tidak sedikitpun menyebut nama
kamu… maafkan saya Deka, kelihatannya untuk saat ini dia masih belum mengingat
kamu samasekali. Saya tidak bisa memaksa dia karena demi kesehatan psikologinya
dia…”
“aku
ngerti sin… aku akan sabar menunggu sampai dia mengingatku… mungkin sekarang
waktunya aku harus menjaganya dan tabah untuknya…”
Sinta
tidak berkata apapun, ia hanya mengelus pundak kiri Deka lalu meninggalkan Deka yang masih berdiri di depan kamar pasien yang bernama Lala. Tiba-tiba Deka tersadar dari lamunannya karena mendapat sebuah sms dari seseorang.
“papa,
jemput aku…”
Deka tersenyum sebentar pada Lala yang tidak menyadari bahwa ia sedang diawasi oleh
Deka. Lalu Deka pergi menuju tempat seseorang yang mengirim sms tersebut.
Saat Deka pergi menuju tempat parkir mobil, ia sempat berpapasan dengan dokter
Rio. Kedua pria itu sempat menghentikan langkah sejenak dan saling bertatapan.
Seperti ada serangan listrik yang keluar dari mata mereka. Rio yang usianya
lebih tua justru lebih dulu melemahkan pandangannya, ia tersenyum pada Deka lalu pergi begitu saja meninggalkan Deka yang masih berdiri di tempatnya.
Rio
berjalan menuju kamar pasien, yaitu kamar Lala. Betapa girangnya Lala melihat
pria yang ia sukai tersebut datang menghampirinya dengan membawakan sebuah
gelang tali yang dirangkai sendiri oleh Rio. Lala yang bahagia menerima hadiah
dari Rio langsung memeluk Rio. Mereka tampak sangat bahagia.
Lala
dan Rio benar-benar menikmati masa yang pernah hilang sejak mereka mulai
mengenal satu sama lain. Saat itu Lala berumur delapan tahun, sedangkan Rio
juga masih sebelas tahun. Keduanya bertemu saat orang tua mereka melakukan
reuni SMA. Setelah pertemuan itu mereka menjadi sering bertemu karena orang tua
mereka pun juga memulai bisnis bersama. Orang tua Rio harus pindah ke Filipina
karena ayah Rio dilantik menjadi duta besar dari Indonesia yang ditempatkan di
Filipina. Rio terpaksa meninggalkan sekolahnya, teman-temannya, dan juga
sahabat masa kecilnya, Lala.
Sejak
satu tahun yang lalu Rio kembali ke Indonesia karena ia sengaja datang untuk
Lala dan berusaha memperbaiki hubungannya kembali dengan Lala. Meskipun sudah
lebih dari lima belas tahun yang lalu, perasaan Rio terhadap Lala tidak berubah.
Apapun yang terjadi meski Lala dalam keadaan seperti sekarang ini. Rio akan
terus mendampingi Lala sampai Lala bisa mendapatkan kehidupannya kembali.
Deka kini sedang duduk bersama seseorang yang tadi mengiriminya sms, dan ternyata
adalah seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun bernama Alfa. Anak itu
memanggil Deka dengan sebutan “Papa”. Alfa memang anak laki-laki semata wayang
Deka. Mereka berdua sangat dekat terlebih sejak istri Deka mengalami sakit,
Deka harus berusaha untuk menjadi orang tua tunggal bagi Alfa.
Deka dan Alfa sedang menuju ke suatu tempat, rupanya mereka ditunggu oleh seseorang.
Setelah sampai di sebuah restoran, Alfa sepertinya tidak mau turun dari mobil.
Deka mencoba membujuk putranya agar mau turun.
“hitung
sampai lima puluh jari, papa pasti akan menepati janji…” bujuk Deka.
Alfa
mengangguk sebagai tanda setuju. Mereka berdua turun dari mobil dan menemui
seorang wanita yang sejak tadi menunggu. Wanita berkulit putih dengan tubuh
kira-kira setinggi 160 cm dan terlihat sangat berisi tersebut, berdiri dan
tersenyum melihat Alfa. Melihat wajah ceria dari wanita tersebut malah membuat
Alfa memalingkan wajahnya. Namun wanita itu tetap tersenyum pada Alfa.
“Alfa
mau makan es krim? Tante pesankan ya? Mau coklat apa stroberi?”
“ada
yang harus kami bicarakan dengan kamu, Gina…” Deka mengalihkan pembicaraan.
Deka memulai pembicaraan dengan posisi masih berdiri menggandeng tangan Alfa. Gina
terdiam sejenak dan mulai mengecutkan senyum yang sejak tadi melebar. Dia mulai
berfirasat bahwa apa yang akan Deka bicarakan kelihatannya sangat tidak baik
baginya.
“biarkan
Alfa makan es krim dulu, yuk tante pesankan… mbak, bisa minta satu gelas eskrim
coklat?” bujuk Gina
“aku
gak suka coklat tante…” Alfa menjawab dengan polos.
“oh,
maaf mbak kalo gitu ganti es krim stroberi ya...” Gina tanpa menoleh pada Alfa.
“aku
juga gak suka strobe, tante.” Ucap Alfa yang kali ini lebih lantang.
Meski
Alfa mengucapkan dengan sngat sinis, Gina masih tetap bersikeras untuk terlihat
sabar dan lembut terhadap Alfa. Deka hanya diam melihat Gina yang salah
tingkah menghadapi Alfa. Tampaknya sudah tidak ada lagi cinta yang tumbuh di
hati Deka untuk Gina. Rasa bersalahnya terhadap istrinya yang saat ini sedang
berjuang melawan rasa sakit telah membuat pria tampan itu menutup hatinya untuk
Gina dan menguncinya bersama cinta yang hanya ia berikan untuk Alfa dan Lala.
Gina
duduk lebih dulu dengan lemas tanpa menunggu Deka dan Alfa yang masih berdiri
tegak didepannya. Mata Gina mulai berkaca-kaca dan terlihat bahwa ia tidak kuat
lagi menahan rasa sakit hatinya. Ia teringat kembali ucapan Deka yang sejak
beberapa hari yang lalu menginginkan berpisah dan meninggalkannya. Gina memalingkan
wajahnya karena ia tidak ingn kesedihannya dilihat oleh Alfa.
bersambung...
0 komentar:
Posting Komentar
tinggalkan komentar anda disini...