Minggu, 12 Mei 2013

Memory (bag 6)


Deka tiba-tiba meraih pundak Alfa, lalu Alfa menangis di pelukan Deka. Dengan lembut Deka mengelus punggung pria kecil yang sedang menangis menyaksikan ibunya yang bahkan tidak mengenali dirinya sebagai putra ibunya.

“Alfa kangen sama mama ya?”

“mama pasti lupa sama Alfa juga, pa…”

“mama lupa karena dia sedang sakit sekarang, yang penting Alfa gak lupa kan sama mama?”

Alfa mengangguk dan Deka merangkulnya. Deka membawa putranya masuk dan menenangkannya.

Alfa terlelap di pelukan Deka. Deka mengelus rambut putranya dengan kembali mengingat saat-saat Lala yang terbiasa melakukannya pada Alfa sebelum tidur.  Deka juga persis mengingat saat Alfa harus menangis di tengah malam saat demam, Lala bahkan hamir setiap hari terjaga untuk putranya.

Tetapi yang ia lihat kini justru begitu berbeda, Lala yang ia kenal sebagai istri sekaligus ibu dari Alfa, kini telah menjadi orang lain bagi Alfa dan Deka.

Deka tidak bisa berbuat banyak demi kesembuhan Lala ia harus merelakan wanita tersebut berada dalam pelukan Rio, seseorang yang selalu ada dalam kenangan Lala.


Deka masih terduduk di sofa tepat di depan kamar Lala, ia tetap terjaga dengan terus memandang wajah Alfa yang begitu mirip dengan dirinya. Saat itulah ingatan Deka mengantarkan pada masa saat ia SMA, dimana janji dan tanggung jawab yang pernah ia buat untuk Lala justru ia hianati ketika ia mengenal seorang gadis bernama Gina.

Flashback,

Setelah kejadian malam hujan di sekolah, akhirnya beberapa minggu kemudian Lala menghadapi kenyataan bahwa ia positif hamil. Deka dan Lala yang saat itu sama-sama berusia 14 tahun tidak siap menghadapi kenyataan tersebut. Bahkan kedua orang tua Lala mengusir Lala dari rumah saat hujan petir. Lala yang putus asa karena merasa sendirian berlari di tengah hujan menuju rumah Deka.

Namun kenyataannya Deka masih takut pada ibunya yang belum sembuh dari rasa sakit karena ditinggal ayahnya. Deka tidak dapat berbuat banyak selain diam didalam rumahnya dan mengabaikan Lala ketika ia mendengar teriakan Lala memanggil namanya dari luar rumahnya. Di balik tirai kamarnya, Deka mengawasi Lala, meski sebenarnya ia kasihan pada Lala, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa.

Lala yang telah lelah berteriak memanggil nama Deka namun tidak ada respon, akhirnya ia pergi dari rumah Deka. Lala yang putus asa dan frustasi berjalan menyusuri jalan sepanjang kompleks perumahan. Ia tidak tah lagi kemana harus pergi. Lala dengan pikiran yang kosong, pergi kea rah jembatan layang.

Ketika ia akan melompat untk bunuh diri, seseorang merangkulnya dari belakang. Lala berontak dan bersikeras untuk melompat jembatan.

"lepaskan!!! Di dunia ini aku udah ada gunanya!!! Biarkan aku mati!!!” Lala terus memberontak.
Seseorang itu rupanya lebih kuat darinya hingga ia berhasil merangkul Lala dan membungkam mulut Lala dengan bibirnya.

“mari kita selesaikan semuanya! Biarkan kita sama-sama menerima akibatnya… jangan kamu lakukan sendiri, makam papaku belum kering, jangan pernah kamu biarkan aku kehilangan seseorang lagi…”

Deka mengucapkan lirih dengan air mata yang bercampur air hujan yang terus mengguyur wajahnya. Lala menangis dan lututnya tidak mampu untuk berdiri hingga ia tersungkur. Deka merangkulnya dan membiarkannya menangis di dadanya.

Sekolah akhirnya memutuskan mengeluarkan mereka berdua. Dan Deka melanjutkan sekolah di SMP lain tanpa Lala yang usia kandungannya semakin tua. Keberanian Deka untuk bertanggung jawab terhadap Lala menyentuh hati ibu Deka hingga beliau menyetujui hubungan mereka. Lala yang tidak berani pulang harus tinggal dirumah Deka dan menjadi teman bagi ibu Deka. 

Kebahagiaan keluarga Deka rupanya tidak lama setelah Lala melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Alfa.

Kedua orang tua Lala memutuskan untuk pindah ke California dan akan membwa Lala pergi ke California tanpa bayi yang baru saja dilahirkannya. Lala harus sekolah disana dan membuka lembaran hidup baru tanpa Deka dan Alfa. Tentu saja Lala lebih memilih Deka dan hidup dengan keluarga barunya. Dan sejak saat itu keluarga Lala benar-benar membuang Lala. Bahkan Lala tidak menyesali pilihannya karena ia yakin bahwa ia akan bahagia bersama Deka dan keluarga barunya.
Dua tahun berlalu, Deka dan Lala memasuki masa SMA. Alfa yang saat itu masih membutuhkan kasih saying dari Lala, mambuat Lala harus tertahan untuk masuk ke sekolah favorit dan memilih SMA yang dekat dari rumahnya. Sedangkan Deka berhasil masuk ke SMA favorit yang diinginkan Lala. Bahkan disana ia kembali satu kelas dengan Sinta dan Beni.

Meski berbeda sekolah, pasangan suami istri muda ini masih menunjukkan kebahagiannya layaknya pasangan remaja pada umumnya. Mereka berdua berangkat bersama dengan motor, tapi mereka tidak pulang bersama karena biasanya Lala yang sampai rumah dulu. Deka juga harus menjalani les tambahan sepulang sekolah.

Pada tahun kedua, Deka menjadi salah satu murid berprestasi hingga ia masuk ke kelas favorit dan disana ia mengenal seorang gadis bernama Gina. Teman-teman Deka banyak yang memperlakukan Gina sebagai anak seorang koruptor sehingga mereka melakukan bully pada Gina. Deka tidak tahan melihat gadis itu selalu dijadikan bulan-bulanan siswa lain.

Terakhir kalinya Deka melihat Gina sedang dikerjai di toilet hingga Gina menangis. Deka yang menjadi saksi dan tidak tahan hingga ia menarik Gina keluar dan membawanya ke atas atap sekolah. Disanalah kemudian menjadi tempat bagi Gina melimpahkan sakit hatinya.

Deka awalnya hanya menjadi sahabat curhat bagi Gina, namun kedekatan mereka berakhir dengan perasaan yang lebih jauh. Untuk kedua kalinya Deka merasakan hal yang sama seperti ia jatuh cinta pada Lala dulu. Meski mereka berdua berusaha menyembunyikan hubungan mereka tapi pada akhirnya Sinta dan Beni mengetahui hubungan Deka dan Gina sebagai sepasang sejoli. Sinta tidak mungkin mengatakannya pada Lala demi kebaikan rumah tangga sahabatnya itu.

Deka yang sdah memiliki wanita lain dalam hatinya tidak lagi terlalu member perhatian pada Lala. ia bahkan tidak segan meninggalkan Lala untuk berangkat dulu ke sekolah demi menjemput Gina. Lala yang tidak pernah curiga dengan sikap Deka selalu berpikir positif dan mendukung apapun yang dilakukan oleh suaminya.

Meski Sinta berkali-kali mengingatkan pada Lala untuk sesekali datang ke sekolahnya tanpa ia mengatakan agar Lala tahu Deka yang sebenarnya, namun Lala selalu percaya pada Deka dan ia memilih untuk menjaga status Deka agar tidak diketahui oleh teman-temannya jika ia sudah menikah. Semua itu ia lakukan agar Deka bisa mencapai cita-citanya, Lala tidak ingin ia menjadi penyebab kegagalan prestasi bagi masa depan Deka.

Tahun-tahun mulai berganti, Alfa sudah memasuki usia PAUD. Deka dan Lala akhirnya sama-sama Lulus SMA. Demi menjaga status Deka, Lala bahkan tidak ikut menghadiri acara wisuda Deka. 

Dengan tawa dan ekspresi kebahagiaan Deka berfoto bersama teman-temannya termasuk dengan Gina. Tidak ada satupun foto perpisahannya dengan Lala. dan kebetulan acar perpisahan Deka dan Lala dalam hari yang sama. Lala yang duduk di kursi wisuda hanya ditemani oleh adik Deka, Hadis yang saat itu sudah kelas SMA kelas 1.

Kembali pada pikiran Deka,

Deka masih terjaga dengan ingatannya tanpa terasa sebuah butiran air mata Deka menetes tepat jatuh di pipi Alfa yang masih terlelap di pangkuannya. Seseorang membuka pintu kamar Lala dari dalam. Rio keluar dari kamar Lala.

Deka hanya bisa menggenggam tangannya sendiri utuk menahan kekesalannya.

“dia sudah tidur… lebih kamu pulang, kasihan Alfa dia lelah…” Rio sambil memandang Alfa.

“tidak apa-apa kami disini, bagaimanapun juga kami ingin Lala selalu melihat kami ada disampingnya.”

“Sinta sudah menghubungi kakak Lala, Nita. Kemungkinan mereka besok akan berangkat ke Jakarta. Maaf, 
aku sebelumnya tidak memberi tahu. Karena menurutku, itu adalah cukup dengan persetujuan Lala.” Rio mengatakan dengan tenang.

Deka yang sebelumnya menatap mata Rio dengan tajam, perlahan melemahkan tatapan matanya. Sepertinya ia sudah mengerti maksud ucapan Rio yang secara tidak langsung menyiratkan bahwa Deka sudah tidak ada artinya bagi Lala, sudah tidak ada lagi tempat untuk Deka. Lala bahkan tidak memandang Deka sebagai siapapun.

bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar

tinggalkan komentar anda disini...