Selasa, 07 Mei 2013

Memory (bag 4)



Deka dan Beni berjalan melintasi kamar Lala, Deka tidak melihat Lala disana. Ia tampak cemas dimana istrinya saat ini. Tidak berapa lama Lala datang dengan seorang suster, Deka dan Lala saling bertatapan. Deka sangat dalam menatap mata Lala, namun Lala hanya biasa saja. Karena memang Lala benar-benar tidak mengenal seorang pria yang saat ini berdiri didepannya. Lala menundukkan kepalanya sebagai bentuk salam pada dokter muda didepannya.

“selamat siang, dokter…” sapa Lala dengan senyum.

Deka tidak bisa menahan dirinya, ia ingin memeluk Lala dengan sangat erat. Beni menahan lengan Deka dan menggelengkan kepalanya, dan menarik Deka untuk meninggalkan tempat tersebut. Deka melepaskan tangan Beni dan berjalan menuju ruangan dokter Rio.

“sampai kapan kita harus berakting seperti ini?” Deka masuk ruangan Rio tanpa permisi dan langsung menyerang Rio dengan ucapannya.

Rio saat itu sedang berbicara dengan dokter Irma. Mereka juga saat ini sedang membicarakan tentang keadaan Lala. dokter Irma sebagai dokter yang menangani masalah Lala mulai turut melibatkan diri pada kesalahpahaman Deka terhadap Rio.


“dokter Deka, saya tahu ini memang sulit untuk dijalani. Tapi kita harus terus menggali memory istri anda untuk mendapatkan ingatannya kembali. Kita tidak bisa memaksakan istri anda untuk mengingatnya, karena hal itu akan semakin memperparah kondisinya.”

“tapi kenapa saya tidak boleh berkomunikasi dengannya?  Sampai kapan?” Deka mulai mengiba.

“kita juga tidak tahu, sejauh ini saya mengidentifikasi bahwa istri anda hanya memiliki memory terakhir saat ia berusia dua belas tahun. Ia masih belum mengingat apapun yang terjadi setelah itu. Kita hanya melihat perkembangan dan menganalisanya untuk saat ini. Yang dia butuhkan sekarang adalah kedua orang tuanya, kakak, dan sahabat kecilnya bernama Rio. Sejak ia sadar dari koma, yang ia sebut hanya nama-nama orang tersebut.” Dokter Irma menjelaskan dengan sabar.

Rio berusaha meyakinkan Deka, meski ia menyadari bahwa sebenarnya ia sedikit emosi pada Deka.

“kasus seperti ini memang hanya beberapa kali terjadi dan hanya sedikit dari mereka yang mengalami amnesia dapat mengingat kembali memorinya dengan cepat. Saya harap anda bisa mendukung usaha kami, megingat anda juga sebagai seorang dokter yang tahu bagaimana hukum etik berjalan.”

Dokter Irma menghela napas untuk menjadi penengah bagi Rio dan Deka, ia memahami posisi Deka sebagai suami, dan Rio sebagai seseorang yang saat ini mengharapkan lebih dari Lala.

bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar

tinggalkan komentar anda disini...